Minggu, 07 Juni 2015

Idfi, Tetap Tegar Meski Kehilangan Kaki Kanannya karena Osteosarkoma

Jakarta, Saat duduk di kelas 1 SMA, Idfiani Syawallia (17) pernah melakukan olahraga atletik dan terjatuh. Sempat diurut karena dianggap keseleo, kaki Idfi membengkak hingga akhirnya ia diketahui terkena jenis kanker tukang osteosarkoma.

Putri pasangan Neijfie (46) dan Satrio Wibowo (43) ini mengatakan sebenarnya sejak kelas 2 SMP pahanya sering terasa pegal. Tapi, kala itu Idfi berpikir pegal di kakinya muncul karena terlalu sering berjalan kaki. Barulah, nyeri di paha Idfi tak tertahankan berbarengan dengan jatuhnya Idfi saat berolahraga atletik.

"Waktu lagi atletik kepeleset terus dipikir keseleo, bengkak. Abis itu diurut, seminggu setelahnya makin gede, digeser dikit aja nyeri banget, paha kanan nyut-nyutan. Ngerinya tulang saya geser atau retak gitu," kisah Idfi, ditemui detikHealth di rumah Anyo, Jl Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat dan ditulis pada Sabtu (6/6/2015).

Baca juga: Demi Sang Ayah yang Sakit Kanker, Gadis Ini Lakukan 'Latihan' Pernikahan

Idfi pun menjalani rontgen dan dikatakan ibu Idfi, Neijfie, 'penampakan' tulang putrinya itu keropos seperti dimakan rayap. Setelah pergi ke klinik, Idfi diminta cek ke dokter orthopedi di RS Persahabatan. Untuk memastikan, biopsi pun dijalani Idfi hingga hasilnya menunjukan gadis kelahiran 29 Januari 1998 itu positif terkena osteosarkoma stadium 4. Pada bulan November 2013, dokter menyarankan Idfi untuk menjalani amputasi.

Namun Idfi menolak untuk diamputasi. Selama bulan Januari hingga Februari 2014, Idfi justru menjajal pengobatan alternatif. Alih-alih membaik, kaki Idfi malah makin bengkak hingga dikatakan Neijfie, ukuran kaki putrinya itu sebesar balon. Tak hanya itu, Idfi juga mulai tidak bisa duduk karena pinggangnya terasa nyeri. Khawatir terjadi apa-apa, orang tua Idfi segera mengurus kepesertaan BPJS hingga Idfi mendapat rujukan dari RS Budi Asih ke RS Dharmais.

"Kita berangkat jam setengah 2 siang nyampe Dharmais Maghrib. Sampai sana nunggu di IGD. Mau pulang, cari angkutan susah. Mending kalau Idfi bisa naik angkot, ke mobil aja kita bopong karena udah nggak bisa bangun. Sedangkan, besoknya kita harus ke dokter onkologi, jadinya waktu itu nginep aja di RS," kata Neijfie.

Setelah berkonsultasi dengan dokter onkologi anak, Idfi pun setuju menjalani amputasi. Setelah kondisinya membaik, pada Juli 2014, kaki kanan Idfi diamputasi. Pasca operasi, ia masih harus menjalani kemoterapi enam kali. Selama kemoterapi, muntah hingga rambut rontok juga dialami siswa SMA YP IPPI Cakung ini.

Rampung kemoterapi di bulan Januari 2015, Idfi menjalani CT Scan di bulan Febrauri. Hasil CT Scan menunjukkan sel kanker sudah menyebar di paru-paru kanan Idfi. Ia kemudian diminta melakukan tes toraks. Namun, kala itu hasil toraks Idfi dinyatakan bersih. Akhirnya, dokter meminta Idfi menunggu 3 bulan untuk menjalani tes toraks ulang. Bulan Mei lalu, hasil tes toraks lagi-lagi menyatakan paru-paru Idfi bersih.

Baca juga: Diduga Cari Perhatian, Wanita 25 Tahun Pura-pura Sakit Kanker Stadium Akhir

"Karena dibilang nggak apa-apa saya sempat pulang ke Cakung 2 minggu. Di rumah, saya pilek terus batuk keluar darah, punggung sakit. Rabu (3/6) kemarin tes toraks lagi ternyata sel kanker yang awalnya 0,9 mm udah membesar. Dokter bilang saya harus operasi bedah toraks satu lobus," papar Idfi.

Senin (8/6) mendatang, ayah Idfi akan bertemu dokter untuk merencanakan kapan bedah toraks akan dilakukan. Saat ini, Idfi mengaku ia hanya ingin fokus untuk sembuh dan sehat agar bisa melanjutkan sekolahnya lagi. Dukungan dari sang bunda, ayah, keluarga, dan orang di sekitarnya membuat Idfi selalu tegar menghadapi segala hal yang ia alami.

Kini, dalam keseharian, Idfi menggunakan kursi roda meskipun sebelumnya ia menggunakan tongkat. Sebab, lengan sebelah kanan Idfi agak sulit untuk digerakkan dan terasa nyeri jika terlalu lama harus menopang tongkat. Neijfie sendiri mengaku selalu mendukung putrinya itu.

"Yang penting kita jalani terus, berusaha. Gimana nanti hidup udah ada yang ngatur. Semua udah ada waktunya. Bukan berarti kita sakit pasti terus meninggal kan. Kalau sedih, pasti sedih, siapa sih yang nggak sedih kaki udah diambil satu, sekarang paru-paru juga harus dioperasi. Dibilang nerima sih ya nggak nerima tapi kita berdoa yang penting dapat yang terbaik," kata Neijfie.

Nah, bagi pembaca yang ingin menyalurkan bantuan untuk Idfi dan pasien kanker anak lainnya, Anda bisa bertandang langsung ke rumah Anyo di Jl Anggrek Nelli Murni Blok A/110, Slipi, Jakarta Barat, no telp 021-5346529. Atau, bantuan bisa disalurkan melalui rekening di nomor 1640000582421 (bank Mandiri) dan 0845244010 (bank BCA) atas nama Yayasan Anyo Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar